Translate

Jumat, 13 Juni 2014

Sport + Believe = Love

Ada satu makhluk nyebelin yang punya ego gedeeeeee bangeeett..
Makhluk bernama..Cowok
Dimana-mana, di belahan dunia manapun, cowo itu sama aja.
Cowo, nggak pernah mau ngalah.
Dan cowo, nggak pernah mau kelihatan lemah.
Melihat cowo kalah, dan ngebuktiin kalo gue lebih hebat dari cowo, adalah momen yang nyenengin banget.
ASLI

"Ehh.. udah selesai Wall-Climbing nya? Ayoo cepetaaan! Kita udah telat nih" sambut Icha, sobat gue dari SD.
"Chaaa, gue capek. Gue pengen pulang aja ah, pengen tidur, ngantuk, pegel" Jawab gue males.
"Heh lo harus ketemuan sama Dannis dulu, abis itu lo boleh tidur sepuasnya. Okeh?" ujarnya.
"hahh.. yaudah deh" jawab gue terpaksa.

"Pokoknya tha, kali ini lo ngga akan bisa nolak. Yang namanya Dannis itu, ganteng, bokapnya tajir, quality deh pokoknya!" jelas Icha, di dalem mobil.
"Helloo?"
"Ah come on tha, semangat dong, dikiittt aja please.."
"Lo udah 3 tahun jomblo. Lo masih trauma sama mantan lo itu?"
"Lo tau nggak sih, tha, kalo gue tuh prihatin banget sama lo"
Gue masih diem ngedengerin celotehan Icha yang super bawel didalem mobil.
Akhirnya gue buka mulut, yah daripada Icha nambah bawel?
"Prihatin sih prihatin cha. tapi ya nggak gini juga kali. kayak presiden aja"

Beberapa menit kemudian kita sampe di cafe tempat ketemuan sama Dannis.
"Nah, tuh dia orangnya" tunjuk Icha.
Kita langsung nyamperin ke mejanya.
"Haaaiiiii... Dannis, Sorry telat" sambut Icha ke Dannis.
 "It's okay.." jawab Dannis santai. Dia mandangin gue.
"Ayo duduk tha" ajak Icha. Tapi gue masih belom mau duduk.
Icha maksa gue, "duduuukk tha.."
Akhirnya gue duduk. Lagi-lagi terpaksa.
"Emm tha, kenalin ini Dannis. Dannis, ini Thalia" ujar Icha.

Dannis meraih tangan gue sambil senyum, "gue Dannis"

Gue sambut dengan tatapan garang, "Thalia"
"Ehhhmm, eh udah jam segini nih. Kayaknya gue harus cabut deh. Kalian ngobrol aja yah. Yang akrab okeh, dahhh" Icha tiba-tiba pergi ninggalin gue.
Hah menyebalkan banget sahabat gue ini.

Dannis mulai membuka pembicaraan, "Hai"
Gue diem.
Dannis natap gue terus.
Gue risih, akhirnya gue buka mulut.
"Okeh. Jadi gini, gue orangnya nggak suka basa-basi. Dan gue diajak kesini, karena dipaksa sama Icha. Ternyata cuma buat kenalan sama lo. SO, lebih baik gue cabut daripada harus ngurusin basa-basinya cowo kayak lo."
Dannis ngedengerin ocehan gue sambil senyum.
Entah apa yang ada dipikiran dia.
"Boleh gue anterin pulang?" tanya dia ke gue.
Dan gue cuma menggelengkan kepala.

Pagi ini, gue jogging di GBK.
Nah, pas gue ngelewatin lapangan basket, ada cowo yang lagi main basket.
"Siapa tuh cowo? Keren banget mainnya" ujar gue sambil mandangin dari belakang ring.
Kemudian cowo itu nengok ke gue.
Ternyata dia Dannis. Oh my god. Kenapa harus dia?
"Hai" sapa dia kearah gue.

Gue nggak percaya kalo itu dia.
Gue lari ninggalin lapangan basket.
Dia ngejar gue.

"Gue baru tau lo suka jogging" ujar Dannis sambil tertawa mengejek."Setiap pagi, gue selalu jogging disini. Dan setiap sore, gue selalu Wall-Climbing disini." ujar gue kesel.
 "Wall Climbing? Gue baru tau lo suka Wall Climbing" ujar dia lagi.

 
Dannis mulai nyebelin.
Kenapa sih tiba-tiba dia jadi ngehantuin gue gitu?
Tiba-tiba dia ada di gelanggang.
Nge-add Facebook gue.
Follow Twitter gue, Instagram gue.
Dia juga nge-add Path gue.
Teruuuss, kenapa nggak sekalian aja dia bertamu kerumah sambil bawa martabak?

Kata Icha, "kalo cowo udah mulai ngepoin semua tentang hidup lo, Itu artinya, dia suka sama lo tha"

Halahh..
Basi lo cha..
Semua cowo itu sama aja kali.
Ya kecuali bokap gue.
Pas bagian belom dapet, dikejar, dikejar, dikejaaar terus.
Pas bagian udah dapet, puas, disia-siain deh.

Kata Icha, "Gue ngerti tha, sebelumnya lo pernah disakitin sama cowo. Ya tapi nggak semua cowo itu sama kan? Coba deh lo kasih kesempatan buat si Dannis. Buka hati lo"
Gue jawab, "Kunci buat buka hati gue udah ilang! Dan gue udah gak bisa buka lagi"
Icha bisikin gue, "tapi... kalo di dobrak Dannis bisa kan? hahaha"
Gue mengelak, "Ih apaan sih lo cha hiih"

Pagi ini, seperti biasa gue jogging di GBK.
Tiba-tiba ada suara dibelakang gue. "Morning sunshine.."
Siapa lagi kalo bukan Dannis. "Nama gue Thalia! bukan sunshine"
Hah, menyebalkan.
Gue langsung lari ninggalin dia.
Tapi gue kehilangan arah, akhirnya gue nabrak orang dan jatuh.
Dannis nyamperin gue. "Wah kamu jatohnya nggak bener nih, ini pasti engkel"
"Jatoh mana ada yang bener!" sangkal gue.

Dia nuntun gue dan nganterin gue pulang sampe rumah.
Ya, walaupun awalnya gue nggak mau.
Tapi dia terus maksa gue sampe gue mau.

"Kenapa sih bang? Gelisah bener kayanya" tanya Disty, adenya Dannis.
Dannis yang daritadi mondar-mandir memegang handphone, jawab "hemm, Thalia"
"Ohhh.. cewe ya hahaha, udah resmi belom?" tanya Disty.
"Boro-boro resmi. Thalia ini, berbeda. Satu-satunya cewe yang nggak klepek-klepek kayak ikan melihat kegantengan gue" ujar Dannis pede.
"Hemm, kan kata abang, Thalia itu beda kan sama cewe-cewe lain?" tanya Disty.
"iyeaah, jelas beda.." yakin Dannis.
"Tapi, cara abang ngejar dia sama kayak ke cewe-cewe lain? Hem. Bodoh lo." ujar Disty.
"Haha.. Iya yah? Tumben lo pinter de" ujar Dannis.

Sore ini, gue melakukan aktivitas gue.
Yap, Wall Climbing.
Tapi, tiba-tiba tali keselamatan gue nyangkut.
Jadinya, gue ngga bisa turun lagi kebawah.
Saat itu juga, Dannis dateng nyamperin gue keatas Wall Climbing.
Dia ngebenerin tali yang nyangkut di alat keselamatan gue.
Kemudian dia bilang, "Hai"

Nggak tau kenapa, seakan-akan gue terpana ngeliat dia.
Ngeliat dia yang nggak nyebelin kayak biasanya.
Gue mulai membuka pembicaraan, "gue nggak tau lo bisa Wall Climbing"
Dannis tersenyum, "udah dari dulu banget. tapi gue berhenti karena cedera"
Gue duduk disamping Dannis, "Hem, lo nggak takut jatoh?"
Dannis yang masih sibuk ngebenerin tali sepatunya menjawab, "ya nggak lah"
"gue bales budinya gimana nih?" tanya gue.
Dannis diam sejenak, kemudian dia ngedeketin gue dan duduk disamping gue.
"Bales budi lu bilang?" tanya Dannis.
Gue ngangguk.
"Kalo gue nggak takut jatoh buat lo, boleh gue minta satu hal sama lo?" tanya Dannis.
Gue natap mata Dannis yang mulai serius, "Apa?"
"Gue minta agar lo nggak takut jatoh buat gue" jawab Dannis.
"Jatuh?" tanya gue bingung.
"Jatuh Cinta" Dannis tersenyum.
Gue tersenyum malu.
"Gimana?" tanya Dannis sambil menyodorkan pipinya di depan muka gue.
"muach!" sebuah kecupan meluncur dari bibir gue dan mendarat tepat di pipi Dannis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar